Maharaja Sangiang dan Maharani Jata

Maharaja Sangiang dan Maharani Jata - Sementara itu dikerajaan Paseban berlangsung pula satu peristiwa. “Nah……Panglima Dewangga, engkau kami utus secara diam-diam untuk mengikuti perjalanan Puteri Clara, Sekarang berangkatlah dengan restu kami !” Maharaja Sangiang bertitah pada Panglima Muda, Maharaja Sangiang dan Maharani Jata salah seorang bangsawan kerajaan yang sesungguhnya telah dijodohkan dengan sang Putri.

“Hamba akan menjalankan perintah tuanku. Semoga amanah ini dapat hamba jalankan dengan sebaik-baiknya, hamba mohon diri.” selesai mengucapkan kata-katanya, Panglima Dewangga bersalin rupa menjadi contoh seberkas cahaya yang berwarna kuning keemasan dan melesat menyusul putri Clara beserta Maharaja Sangiang dan Maharani Jata.

“Anakmu, seorang gadis, ….kelak ia akan menjadi rebutan para pemuda, Her.” Hermansyah hanya bisa tersenyum. Kebanggaan menjadi seorang ayah telah dimulai sejak lahirnya anak pertama. “Entah kuberi nama apa, anakku ini!?” Hermansyah bertanya pada dirinya. Seperti ada yang membisiki batinnya, Clara, ya Clara nama ini saja untuk gadis kecilku, keputusan ini disampaikan kepada Maharaja Sangiang dan Maharani Jata istrinya Astuti yang ternyata setuju.

Di alam yang jauh dari dimensi indera, Maharaja Sangiang dan Maharani Jata menyaksikan putri Clara menitis dalam rahim Astuti, dan lahir kedunia manusia. Panglima Muda Dewangga yang diutus secara diam-diam untuk mendampingi putri Clara, menitis dan terlahir sebagai anak pasangan keluarga petani yang jujur dan baik hati.